Sejauh ini, langkah pemerintah dinilai belum efektif menekan angka
kematian ibu dan anak di Indonesia. Pengamat kesehatan, Hendrawan
Nadesul, mengatakan pemerintah belum berhasil mencapai target pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan seperti yang sudah
ditargetkan.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengakui angka kematian ibu dan anak di
Indonesia masih menjadi masalah serius. Hingga kini pemerintah terus
mendata dan mengkaji cara menekan kematian ibu dan bayi. Hasil pendataan
menjadi bahan evaluasi untuk mempercepat capaian target MDGs, yaitu
angka kematian ibu maksimal 102 per 100 ribu kelahiran dan angka
kematian bayi 23 per 100 ribu kelahiran.
Menurut Hendrawan, tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan
melemahnya peran pos pelayanan terpadu (posyandu) dan pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) dalam memberi sosialisasi. Dua lembaga yang
menjadi tulang punggung kesehatan ibu dan bayi ini dinilai tak lagi
memprioritaskan program pencegahan. "Kalau dilihat angka kematian ibu dan bayi jumlahnya masih sangat
tinggi", kata Hendrawan saat dihubungi, Kamis, 11 Juli 2013. Berdasarkan
survei kedokteran pada 2012, angka kematian ibu masih di atas 200
setiap 100 ribu kelahiran. Sedangkan kematian anak di atas 34 per 100
ribu kelahiran.
Tenaga kesehatan di puskesmas dan kader di posyandu saat ini, kata
Hendrawan, lebih cenderung menunggu dan menangani masalah. "Layanan
kesehatan ibu dan anak sekarang cenderung menunggu masalah baru
ditangani. Program edukasi menjadi kurang," ucap Hendrawan.
0 komentar:
Posting Komentar